/*Under Post -----------------------------*/ #underpost h2{ font-size:13px; font-weight:bold; color:#B8002E; border-bottom:2px solid #000000; padding-left:5px; } #underpost{ width:300px; } #underleft{ width:145px; /*lebar kolom kiri*/ float:left; margin:4px; } #underright{ width:145px; /*lebar kolom kanan*/ float:right; margin:4px; }
TukarLike.Com
Terimakasih

Sebagai tanda Penghormatan saya dan rasa Terimakasih yang sebesar - besarnya kepada Sobat - sobat semua yang telah mengituki , follow atau Join Blog saya maka saya menyajikan Kotak yang berisikan Link para Sobat - sobat semua yang bertujuan agar mempermudah atau mendekatkan antar sesama blogger. Tujuan lainnya juga agar kita bisa dengan mudah untuk saling mem Follow.... Terimakasih



Newest Post

Tuesday, November 29, 2011

Rangkaian Ekivalen Motor Induksi


Untuk mempermudah analisis motor induksi, digunakan metoda rangkaian ekivalen per – fasa. Motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan rangkaian sekunder berputar. Rangkaian ekivalen statornya dapat digambarkan sebagai berikut : 

Gambar Rangkaian ekivalen stator motor induksi
dimana :
                  I= arus eksitasi (Amper)
                  V1 = tegangan terminal stator ( Volt )
                  E1  = ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan ( Volt )
                  I1    = arus stator ( Ampere )
                  R1  = tahanan efektif stator ( Ohm )
                  X1  = reaktansi bocor stator ( Ohm )

Arah positif dapat dilihat pada rangkaian Gambar rangkaian diatas.
Arus stator terbagi atas 2 komponen, yaitu komponen arus beban dan komponen arus penguat I0. Komponen arus penguat I0 merupakan arus stator tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan fluksi celah udara resultan, dan merupakan fungsi ggm E1.
            Komponen arus penguat I0 terbagi atas komponen rugi – rugi inti IC yang sefasa dengan E1 dan komponen magnetisasi IM  yang tertinggal 900 dari E1.
            Hubungan antara tegangan yang diinduksikan pada rotor sebenarnya( Erotor ) dan tegangan yang diinduksikan pada rotor ekivalen ( E2S ) adalah :

                           E2s / E rotor = N1 / N2 = a
                            atau
                            E2S = a Erotor 
dimana a adalah jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator yang banyaknya a kali jumlah lilitan rotor.
            Bila rotor – rotor diganti secara magnetik, lilitan – ampere masing – masing harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2S pada rotor ekivalen adalah :
                            I2S = I rotor / a
sehingga hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotor dari rotor sebenarnya adalah :
   Z2S = E2s / I2s = a2 E rotor / I rotor
Nilai tegangan, arus dan impedansi tersebut diatas didefinisikan sebagai nilai yang referensinya ke stator.
Selanjutnya persamaan dapat dituliskan :
                         
dimana :
            Z2S = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa dengan referensi ke stator ( Ohm).
            R2    =    tahanan efektif referensi ( Ohm )
            sX2 =  reaktansi bocor referensi pada frekuensi slip X2 didefinisikan sebagai harga reaktansi bocor rotor dengan referensi frekuensi stator ( Ohm ).
            Reaktansi yang didapat pada persamaan  dinyatakan dalam cara yang demikian karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip.
Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron. Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip sebesar E2sdan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan, tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah s kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator dan rotor adalah:
              
E2s = SE1
Dari persamaan diatas dapat disubsitusikan untuk menyamakan E1 dan E2s dengan membagi E2s dengan slip..
Maka diperoleh rangkaian ekivalen mesin induksi seperti dibawah ini,..






nah itulah sedikit ilmu yang dapat penulis bagikan kepada teman - teman semua...
mudah - mudahan bermanfaat...





Wednesday, June 15, 2011

Jual Lele

Menjual lele konsumsi...

ukuran 1 kl 8 ekor...

bisa hubungi ke nmr 087869773757

Tuesday, April 19, 2011

Perinsip Medan Putar


Perputaran motor pada mesin arus bolak – balik ditimbulkan oleh adanya medan putar ( fluks yang berputar ) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta.
            Misalkan kumparan a – a; b – b; c – c dihubungkan 3 fasa, dengan beda fasa masing – masing 1200 ( Gambar a ) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi arus ia, ib, ic sebagai fungsi waktu adalah seperti Gambar b. Pada keadaan t1, t2, t3, dan t4, fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing – masing adalah seperti Gambar 2.6c, d, e, dan f.
            Pada t1 fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan a – a; sedangkan pada t2, fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilakan oleh kumparan c – c; dan untuk t3 fluks resultan mempunyai arah sama dengan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b – b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilkan pada saat t1 keterangan ini akan lebih jelas pada analisa vektor.




 
Gambar   (a) Diagram phasor fluksi tiga phasa
                (b) Arus tiga phasa setimbang



Gambar Medan putar pada motor induksi tiga phasa

Dari gambar c, d ,e, dan f tersebut terlihat fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh karena itu untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai berikut :
ns  =  120 f / p ( rpm )

f = frekuensi ( Hz )
p = jumlah kutub

  Analisis Secara Vektor
            Analisis secara vektor didapatkan atas dasar :
1.     rah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar sesuai dengan perputaran sekrup (Gambar ).




 
Gambar 2.Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar

2.      Kebesaran fluks yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang mengalir.
Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang mengalir pada kumparan a – a, b – b, dan c – c pada Gambar 2.7a yaitu: harga positif, apabila tanda silang (x) terletak pada pangkal konduktor tersebut ( titik a, b, c ), sedangkan negatif apabila tanda titik ( . ) terletak pada pangkal konduktor tersebut (Gambar 2.8 ). Maka diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4, dapat dilihat pada Gambar 
                           Gambar  Diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4

            Dari semua diagram vektor di atas dapat pula dilihat bahwa fluks resultan berjalan (berputar).

Perinsip Kerja Motor Induksi


Motor induksi adalah alat listrik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Listrik yang diubah adalah listrik 3 phasa. Motor induksi sering juga disebut motor tidak serempak atau motor asinkron. Prinsip kerja motor induksi lihat Gambar 2.11 Ketika tegangan phasa U masuk ke belitan stator menjadikan kutub S (south = selatan), garis-garis gaya magnet mengalir melalui stator, sedangkan dua kutub lainnya adalah N(north = utara) untuk phasa V dan phasa W. Kompas akan saling tarik-menarik dengan kutub S. Berikutnya kutub S pindah ke phasa V, kompas berputar 120°, dilanjutkan kutub S pindah ke phasa W, sehingga pada belitan stator timbul medan magnet putar. Buktinya kompas akan memutar lagi menjadi 240°. Kejadian berlangsung silih berganti membentuk medan magnet putar sehingga kompas berputar dalam satu putaran penuh, proses ini berlangsung terus menerus. Dalam motor induksi kompas digantikan oleh rotor sangkar atau belitan yang akan berputar pada porosnya. Karena ada perbedaan putaran antara medan putar dengan putaran rotor, maka disebut motor induksi tidak serempak atau motor asinkron.
Gambar  Prinsip kerja motor induksi

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat dijabarkan dalam langkah – langkah berikut :
1.      Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan tiga phasa yang setimbang menghasilkan arus pada tiap belitan phasa.
2.      Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah.
3.      Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap belitan phasa.
4.      Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya adalah

e1 =     -N d Ф / dt             ( Volt )
atau                                                                         
                                                       4,44FN1 Ф      ( Volt )
                                                                                      
5.      Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang berputar dengan kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator  f yang dirumuskan dengan Ns = 120 F / P        ( rpm )                                               
6.      Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya
                                                   4,44FN2 Ф       ( Volt )
                                                                                      
dimana :   
         E2     =   Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)
         N2     =   Jumlah lilitan kumparan rotor
         Фm     =   Fluksi maksimum(Wb)
7.      Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan menghasilkan arus I2.
8.      Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor
9.      Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.
10.  Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan
                                               S = Ns - Nr / Ns                                                     
11.  Pada saat  rotor dalam  keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya
                                           E2s =  4,44FN2 Фm            ( Volt )
                                                                                      
dimana     
         E2s =  tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)
         f2    =  s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar)
12.  Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika     nr < ns.

Thursday, April 14, 2011

Rele Proteksi


RELE (RELAY)
Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah rele tegangan. Rele ini berfungsi untuk memantau tegangan dan akan memberikan sinyal melalui kontak-kontak keluarannya, jika tegangan yang dipantau lebih besar dari nilai maksimum atau lebih kecil dari nilai minimum yang diperkenankan. Rele ini umumnya bekerja secara elektronik dan rangkaian yang digunakan sangatlah sederhana, sehingga mudah untuk dipahami.
Salah satu hal yang harus dihindari pada pengoperasian peralatan listrik ialah kelebihan tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan tegangan (undervoltage). Kelebihan tegangan hampir dapat dipastikan akan merusak setiap peralatan listrik. Hal ini umumnya akan menyebabkan timbulnya panas yang belebihan sehingga dapat menyebabkan terbakarnya peralatan listrik tersebut. Sebaliknya, kekurangan tegangan belum tentu merusak peralatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik seperti lampu pijar ataupun peralatan lain yang bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak akan membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi beberapa peralatan lain seperti motor induksi, kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor daya (cos-Ï•) yang terlalu rendah. Hal ini akan menyebabkan arus peralatan tersebut terlalu besar, sehingga menimbulkan panas yang berlebihan dan pada akhirnya akan merusak peralatan tersebut. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ini maka suatu panel distribusi tegangan rendah umumnya dilengkapi dengan rele tegangan yang berfungsi untuk memantau tegangan busbar. Jika nilai tegangan ini keluar dari batas-batas aman maka rele ini akan membuka pemutus CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan diputus. Selain rele tegangan panel ini juga dilengkapi dengan beberapa peralatan proteksi lain, seperti rele arus lebih (OCR), monitor fasa (RCP) dan lain sebagainya. Tulisan ini hanya membahas tentang rele tegangan.

Prinsip Kerja Dasar
Rele tegangan elektronik umumnya mendeteksi besarnya tegangan melalui trafo tegangan atau yang lebih dikenal sebagai PT (potensial transformer). PT berfungsi untuk menurunkan tegangan yang masuk ke rele dan sekaligus mengisolasi rele dari tegangan rangkaian yang diukur. Masukan PT umumnya adalah 110V atau 220V sedangkan keluarannya adalah tegangan yang berkisar antara 12V hingga 24V, tergantung dari rangkaian yang digunakan. Tegangan keluaran PT ini selanjutnya dibandingkan dengan dua tegangan acuan, sebut saja VA untuk tegangan acuan atas dan VB untuk tegangan acuan bawah. Jika tegangan keluaran PT lebih besar dari VA maka rele keluaran pertama akan diaktipkan. Sebaliknya jika tegangan keluaran PT lebih kecil dari VB maka rele keluaran kedua yang akan diaktipkan.
Untuk memudahkan proses perbandingan maka besaran yang dibandingkan adalah tegangan searah. Untuk itu maka tegangan keluaran PT harus terlebih dahulu diubah menjadi tegangan searah. Besarnya tegangan searah yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan tegangan acuan yang dapat diatur.
Agar dapat mengabaikan kelebihan atau kekurangan tegangan yang berlangsung sesaat (transient), maka rele tegangan biasanya dilengkapi dengan rangkaian tunda (delay) yang dapat menunda kerja kontak keluaran. Lamanya tundaan waktu dapat diatur, umumnya berkisar antara 0 hingga 10 detik.

Rangkaian Rele Tegangan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, rele tegangan lebih ini mendeteksi tegangan melalui suatu PT. Agar sesuai dengan alat-alat ukur lain yang terpasang pada panel generator maka tegangan masukan nominal dari rele tegangan umumnya adalah 110V atau 220V. Karena rele ini hanya membutuhkan daya yang kecil maka PT yang digunakan adalah PT yang berdaya sangat rendah, umumnya berkisar antara 2 sampai 5VA. Untuk menghemat biaya pembuatan maka seringkali PT yang sama digunakan juga sebagai sumber daya bagi rangkaian elektronik yang digunakan. Untuk itu digunakan PT dengan dua buah belitan sekunder yang terpisah. Rancangan yang dibahas menggunakan dua buah trafo yang terpisah. Dengan demikian diharapkan agar tegangan yang dipantau tidak dipengaruhi oleh pembebanan dari catudaya rangkaian elektronik.
Rele arus lebih dapat dibuat dengan menggunakan rangkaian elektronik yang sederhana.
Besarnya arus nominal dapat diatur dengan menggunakan CT dengan perbandingan yang sesuai.
Pada rele yang dibahas, setting waktu dan arus adalah independen sehingga tidak saling mempengaruhi. Pada rele arus lebih 3-fasa yang dibahas, setting arus dari setiap fasa adalah independen sehingga dapat diatur secara terpisah.
Relay adalah komponen yang berfungsi sebagai saklar listrik yang akan terbuka (off) dan tertutup (on) yang dikontrol menggunakan rangkaian elektronik lain. Relay mempunyai beberapa tipe, antara lain :
·         SPST (Single Pole Single Throw)
·         SPDT (Single Pole Double Throw)
·         DPST (Double Pole Single Throw)
·         DPDT (Double Pole Double Throw)
Relay dibedakan menjadi dua jenis menurut tegangan sumber yang digunakan untuk mengaktifkan koilnya, yaitu :
Ø  Relay dengan koil AC (Alternating Current)
Ø  Relay dengan koil DC (Direct Current)
Pada umumnya relay banyak digunakan untuk :
v  Mengontrol rangkaian tegangan tinggi dengan sinyal  tegangan input yang kecil
v  Mengontrol rangkaian yang mempunyai arus besar dengan sinyal arus input yang kecil
v  Mendeteksi dan mengisolasi  jaringan pengiriman dan pendistribusian dengan cara mematikan dan menghidupkan circuit breaker
Relai adalah suatu peranti yang menggunakan elektromagnet untuk mengoperasikan seperangkat kontak sakelar. Susunan paling sederhana terdiri dari kumparan kawat penghantar yang dililit pada inti besi. Bila kumparan ini dienergikan, medan magnet yang terbentuk menarik armatur berporos yang digunakan sebagai pengungkit mekanisme sakelar.
            Jenis-jenis relai:
a.       Berdasarkan cara kerja
v  Normal terbuka. Kontak sakelar tertutup hanya jika relai dihidupkan.
v  Normal tertutup. Kontak sakelar terbuka hanya jika relai dihidupkan.
v  Tukar-sambung. Kontak sakelar berpindah dari satu kutub ke kutub lain saat relai dihidupkan. Bila arus masuk Pada gulungan maka seketika gulungan,maka seketika gulungan akan berubah menjadi medan magnit.gaya magnit inilah yang akan menarik luas sehingga saklar akan bekerja
b.      Berdasarkan konstruksi
v  Relai menggrendel. Jenis relai yang terus bekerja walaupun sumber tenaga kumparan telah dihilangkan.
v  Relai lidi. Digunakan untuk pensakelaran cepat daya rendah. Terbuat dari dua lidi feromagnetik yang dikapsulkan dalam sebuah tabung gelas. Kumparan dililitkan pada tabung gelas.

Relay adalah saklar elektronik yang dapat membuka atau menutup rangkaian dengan menggunakan kontrol dari rangkaian elektronik lain. Sebuah relay tersusun atas kumparan, pegas, saklar (terhubung pada pegas) dan 2 kontak elektronik (normally close dan normally open)
v  Normally close (NC) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay tidak aktif atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi terbuka.
v  Normally open (NO) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay aktif atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi tertutup.


Berdasarkan pada prinsip dasar cara kerjanya, relay dapat bekerja karena adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat kumparan diberikan tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul medan magnet pada kumparan karena adanya arus yang mengalir pada lilitan kawat. Kumparan yang bersifat sebagai elektromagnet ini kemudian akan menarik saklar dari kontak NC ke kontak NO. Jika tegangan pada kumparan dimatikan maka medan magnet pada kumparan akan hilang sehingga pegas akan menarik saklar ke kontak NC.


Dalam dunia kendali, Ladder Diagram sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Ladder Diagram adalah metoda pemrograman yang umum digunakan pada PLC. Ladder Diagram merupakan tiruan dari logika yang diaplikasikan langsung oleh relay. Ladder Diagram banyak mengurangi kerumitan yang dihadapi oleh teknisi untuk menyelesaikan tujuannya. Tapi bagaimanakah Ladder Diagram itu bekerja? atau dengan kata lain, bagaimana sebenarnya representasi dari Ladder Diagram itu sehingga bisa menyusun logika-logika boolean?
Sebelum membahas ke permasalahan utama, ada baiknya kita mengerti dulu apa itu relay. Relay adalah peralatan sederhana yang menggunakan medan magnetik untuk mengontrol saklar, seperti pada gambar berikut.


Gambar 01. Relay

Ketika tegangan diberikan pada masukan koil, arus yang tercipta menghasilkan medan magnetik. Medan inilah yang akan menarik saklar metal ke arahnya dan akan menyentuh bagian saklar yang lain. Akibat dari mekanisme ini adalah rangkaian yang sebelumnya rangkaian terbuka menjadi rangkaian tertutup. Sifat relay yang seperti ini (menjadi rangkaian tertutup setelah diberikan tegangan) disebut dengan normally open. Dengan demikian, normally closed relay adalah relay yang akan menjadi rangkaian terbuka setelah diberikan tegangan. Umumnya, relay digambarkan oleh diagram skematik menggunakan sebuah lingkaran yang menggambarkan koil masukan. Kontak output ditunjukkan oleh dua garis paralel. Kontak normally open digambarkan dengan 2 garis dan akan terbuka (non-conducting) apabila tidak diberikan energi. Normally closed adalah yang sebaliknya dan digambarkan oleh dua garis dengan garis diagonal yang memotong kedua garis tersebut. Saat tidak diberikan energi, keadaan relay adalah tertutup (conducting).
Relay digunakan agar keadaan satu sumber (terbuka atau tertutup) energi dapat mengatur keadaan sumber energi (terbuka atau tertutup) lainnya yang biasanya memiliki arus yang lebih besar dan kedua sumber energi ini saling terisolasi satu sama lain (tidak terhubung secara langsung). Relay merupakan komponen utama dalam PLC. Contoh sederhana dari penggunaan relay ditunjukkan oleh gambar berikut.

Analogi Ladder Diagram
Gambar 02. Analogi Ladder Diagram

Pada sistem ini, relay pertama pada gambar kiri bersifat normally closed dan akan mengalirkan arus terus hingga terdapat tegangan yang diaplikasikan pada relay ini (input A). Relay kedua adalah normally open dan tidak akan mengalirkan arus sampai ada tegangan yang diaplikasikan ke relay ini (input B). Jika arus mengalir pada kedua relay yang pertama, maka arus juga akan mengalir pada relay ketiga dan akan menutup saklar pada output C. Rangkaian seperti ini umum digambarkan pada skematik Ladder Diagram pada gambar tersebut. Secara logika, diagram ini dapat dibaca sebagai berikut: C akan “on” ketika A “off” dan B “on”.
Dalam logika Boolean dirumuskan sebagai C = A’.B


Gambar 03. Skematik Gerbang Digital yang Ekivalen

Gambar berikut ini merupakan contoh yang lebih kompleks pada aplikasi dalam PLC, dengan 2 buah tombol pada input.


Gambar 04. Contoh Aplikasi dalam PLC
Memilih relay
Anda perlu mempertimbangkan beberapa fitur saat memilih sebuah relay:
v  Fisik ukuran dan pengaturan pin. Jika Anda memilih relay untuk PCB yang ada Anda akan perlu memastikan bahwa dimensi dan pengaturan pin cocok. Anda harus menemukan informasi ini dalam pemasok katalog.
v  Coil tegangan. Teman-koil tegangan relay rating dan perlawanan harus sesuai dengan sirkuit menyalakan kumparan relay. Banyak relay coil nilai untuk persediaan 12V tetapi 5V dan 24V relay juga tersedia. Beberapa relay beroperasi dengan baik dengan tegangan suplai yang sedikit lebih rendah dari nilai pengenal mereka.
v  Resistensi Coil, sirkuit harus mampu menyediakan arus yang diperlukan oleh kumparan relay digunakan. Anda dapat 's hukum Ohm untuk menghitung saat ini:
Arus kumparan relay =
suplai tegangan
koil resistansi
Sebagai contoh: Sebuah relay supply 12V dengan resistansi kumparan 400 ohm melewati arus 30mA. Ini adalah bagus untuk 555 timer IC (arus keluaran maksimum 200mA), tapi terlalu banyak untuk kebanyakan IC dan mereka akan memerlukan transistor untuk memperkuat arus.
Teman-switch kontak relay harus sesuai untuk rangkaian mereka untuk mengendalikan. Anda perlu untuk memeriksa tegangan dan arus peringkat. Perhatikan bahwa tegangan biasanya lebih tinggi untuk AC, misalnya: "5A di 24V DC atau AC 125V".
v  Switch menghubungi pengaturan (SPDT, DPDT dll). Kebanyakan relay SPDT atau DPDT yang sering digambarkan sebagai "changeover tiang tunggal" (SPCO) atau "changeover tiang ganda" (DPCO).

Perlindungan dioda untuk relai
Transistor dan IC harus dilindungi dari tegangan tinggi singkat dihasilkan ketika sebuah kumparan relay dimatikan. Diagram menunjukkan bagaimana sinyal dioda (1N4148 misalnya) tersambung 'ke belakang' di kumparan relay untuk memberikan perlindungan ini.
Arus yang mengalir melalui kumparan relay menciptakan medan magnetik yang runtuh tiba-tiba saat arus dimatikan. Runtuhnya tiba-tiba dari medan magnet menginduksi tegangan tinggi singkat di kumparan relay yang sangat mungkin untuk transistor kerusakan dan IC. The dioda perlindungan memungkinkan tegangan induksi untuk mendorong arus singkat melalui kumparan (dan dioda) sehingga medan magnet meninggal pergi cepat daripada langsung. Hal ini mencegah tegangan induksi menjadi cukup tinggi untuk menyebabkan kerusakan pada transistor dan IC.

Reed relay terdiri dari sebuah kumparan yang mengelilingi sebuah saklar buluh. Reed switch biasanya dioperasikan dengan magnet, tetapi dalam buluh relay arus melalui kumparan untuk menciptakan medan magnet dan menutup saklar buluh.
Umumnya memiliki daya tahan lebih tinggi dari relay coil standar (1000 ohm misalnya) dan berbagai tegangan suplai (9-20V misalnya). Mereka mampu berpindah jauh lebih cepat daripada standar relay, sampai beberapa ratus kali per detik, tetapi mereka hanya dapat berpindah arus rendah (maksimum 500mA misalnya).
Seperti relay, transistor dapat digunakan sebagai saklar yang dioperasikan secara elektrik. Untuk switching arus DC kecil (<1A) pada tegangan rendah mereka biasanya pilihan yang lebih baik daripada relay. Namun, transistor tidak dapat menghidupkan AC (seperti listrik utama) dan di sirkuit sederhana mereka biasanya tidak pilihan yang baik untuk memindahkan arus besar (> 5ADalam kasus ini relay akan dibutuhkan, tetapi perhatikan bahwa transistor daya rendah mungkin masih diperlukan untuk beralih arus untuk kumparan relay di bawah ini! Utama keuntungan dan kerugian dari relay terdaftar:
Keuntungan relay:
v  Relay dapat switch AC dan DC, transistor hanya dapat menghidupkan DC.
v  Relay dapat switch tegangan tinggi dari transistor standar.
v  Relay sering menjadi pilihan yang lebih baik untuk memindahkan arus besar (> 5A).
v  Relay dapat switch banyak kontak sekaligus.
Kekurangan relay:
v  Relay bentuknya yang lebih besar daripada transistor untuk switching arus kecil.
v  Relay tidak dapat switch dengan cepat (kecuali relai buluh), transistor dapat berpindah berkali-kali per detik.
v  Relay menggunakan daya lebih disebabkan arus mengalir melalui kumparan mereka.
v  Relay membutuhkan lebih banyak arus dari IC dapat menyediakan, sehingga transistor daya rendah mungkin diperlukan untuk beralih arus untuk relay koil.

Read more: http://www.japarus.com/2012/03/cara-menambah-rating-bintang-di.html#ixzz2Ln7si4u6
▲Top▲